Apa itu Filsfat – Revisi

Filsafat Yunani dimulai pada tanggal 28 Mei 585 S.M., pada jam 6:13 sore.

Apa itu Filsafat?

Di balik penegasan yang setengah serius dan setengah jenaka ini mengintai sejumlah masalah serius yang perlu diperkenalkan kepada pembaca. Pemula akan bertanya, ‘Apa itu Filsafat? Apakah benar bahwa tidak ada filsafat sebelum tahun 585 S.M.? Alasan misterius apa gerangan yang menyebabkan filsafat dimulai tepat pada 6:13 sore?

Dua pertanyaan pertama sangat terkait erat. Tentu saja ada sesuatu yang sebelumnya tidak ada yang menjadi kenyataan setelah tahun 585. Namun demikian, entah sesuatu itu filsafat atau tidak adalah masalah definisi. Pandangan umum menghubungkan “filsafat” dengan sebuah cara hidup. Frasa yang paling banyak kita jumpai yang berisi kata ini adalah frasa “filsafat/filosofi kehidupan.” Biasanya frasa ini memiliki makna yang beragam mulai kebiasaan cara hidup yang tak dipikirkan matang dari seorang yang mempunyai kecerdasan rendah, prinsip-prinsip yang secara sadar dipilih pengusaha, sampai ke keyakinan orang-orang yang telah berpaling dari urusan duniawi dan bertapa di biara-biara atau yang mendapatkan reputasi sebagai Pelihat karena mempraktikkan Yoga. Dengan makna ini, Salomo dan Abraham memiliki filsafat; dan filsafat itu bukanlah sesuatu yang baru muncul pada tahun 585 S.M.

Kalau kita mencoba mengingat makna dan frasa lain yang terkait dalam pustaka, kita mendapati ungkapan seperti batu filsuf, alkemi, magis, dan rahasia alam. Para filsuf dikenal sebagai orang terpelajar. Mereka mengetahui banyak hal. Namun orang yang banyak mengetahui tentang tanaman disebut pakar botani, bukan filsuf. Pakar fisika juga mengetahui banyak hal. Karena itu, pengetahuan yang menjadi ciri filsuf pastilah menyangkut hal-hal yang berbeda dari botani, kimia, atau ilmu politik. Namun jika semua pengetahuan khusus bukan pengetahuan yang mencirikan filsuf, pengetahuan apa yang tersisa bagi filsafat? Geologi merupakan studi tentang bebatuan. Teologi mempelajari tentang Allah. Lalu obyek apa yang tersisa bagi filsafat? Apakah filsafat pengetahuan tentang bukan apa-apa? Karena ungkapan tersebut terasa kasar, mungkin filsafat adalah pengetahuan tentang segala sesuatu. Tetapi tidak, masih ada yang janggal. Bahkan pada jaman Yunani Kuno, ketika tidak terdapat banyak hal untuk diketahui seperti sekarang, peluangnya kecil bahwa saat itu ada yang mengetahui segala sesuatu. Tentu saja tidak ada orang yang mengetahui segala sesuatu saat ini, tetapi filsuf ada. Setidaknya ada orang yang menulis buku tentang filsafat. Lalu apa itu filsafat?

Mungkin definisi yang mengurangi peluang kesalahpahaman adalah filsafat merupakan hal yang dibahas dalam buku ini. Di dalamnya termasuk geologi, astronomi, kimia, dan teologi. Dalam pengertian tertentu, bidang pengetahuan filsafat adalah segala sesuatu. Buku ini juga membahas tentang falsafah kehidupan. Namun seorang filsuf tidak harus mengetahui semua rincian tentang segala sesuatu. Sebaliknya, ia mempelajari prinsip-prinsip umum dan menghubungkan sains-sains spesifik satu dengan yang lain. Orang yang mengetahui tentang tanaman tidak dapat diharapkan paham tentang bagaimana botani berpengaruh terhadap ilmu politik; pakar kimia tidak memperhatikan hubungan kimia dengan linguistik; seorang pakar fisika yang baik tidak perlu jadi pakar ekonomi. Namun semua sains spesifik ini punya hubungan tertentu antara satu dengan yang lain. Ini adalah cara awal menggambarkan tentang filsafat.

Cara berikutnya dikemukakan Aristoteles. Salah seorang filsuf terbesar sepanjang masa, Aristoteles, membahas tentang logika, fisika, psikologi, biologi, etika dan politik; tetapi ia juga menulis buku tentang Filsafat Awal. Tiap sains memperhatikan obyek atau keberadaan tertentu dan mengabaikan yang lainnya; artinya, sains spesifik membahas tentang keberadaan yang dikualifikasi dengan cara tertentu. Namun Filsafat Awal mempelajari keberadaan – yatu keberdaan yang tak terkualifikasi dan sederhana. Editor tulisan Aristoteles kemudian mengganti judulnya menjadi Metaphysics. Jika filsafat didefinisikan sebagai apa yang dibahas dalam buku ini, maka bidang filsafat termasuk metafisika dan psikologi.

Pertanyaan pengantar lain adalah: Jika filsafat terus berkembang sejak tahun 585 S.M. sampai saat ini, mengapa kita tidak mulai belajar filsafat dari filsafat yang ada saat ini, alih-alih membuang waktu mempelajari teori yang sudah kuno? Mengapa orang harus mempelajari sejarah filsafat, padahal ia dapat langsung belajar filsafat itu sendiri? Jika filsafat mencakup keterkaitan antara berbagai macam sains, mengapa tidak mempelajari hubungan-hubungan tersebut pada saat ini, alih-alih mempelajari hubungan-hubungan tersebut pada dua ribu tahun lalu? Jawabannya adalah karena belajar sejarah filsafat bukan membuang waktu. Dari sudut pandang budaya, terlepas dari manfaatnya bagi mahasiswa pasca sarjana bidang filsafat, sedikit pemahaman tentang Plato dan Aristotel merupakan sesuatu yang menyenangkan. Dari sudut pandang pedagogis, sejarah filsafat memampukan kita memahami masalah-masalah [filsafat] dalam bentuknya yang paling sederhana. Masalah-masalah ini menjadi sangat rumit pada jaman moderen, bahkan terlalu rumit untuk dijadikan bahan pelajaran awal. Walaupun siswa sekolah dasar dan SMA tidak menyadarinya, mereka sebenarnya mempelajari matematika sesuai perkembangan historisnya. Ilmu hitung dan geometri merupakan bidang matematika pertama yang dipelajari. Bidang-bidang ini dikembangkan oleh para filsuf Yunani. Geometri analitis dan kalkulus dikembangkan pada abad ketujuh belas. Sebagian besar mahasiwa perguruan tinggi tidak akan pernah mempelajari Matematika moderen, sedangkan mereka yang mempelajarinya tidak mungkin mempelajari kerumitan matematika moderen tanpa pertama-tama mempelajari apa yang telah ditemukan filsuf Yunani pada abad kelima Sebelum Kristus. Lebih lanjut, sama seperti ilmu hitung dan geometri yang cukup mutakhir walaupun berasal dari [jaman] Yunani [kuno], demikian juga halnya dengan masalah filsafat. Dalam bentuk moderennya yang sangat rumit maupun dalam bentuk Yunaninya yang sederhana, filsafat membahas masalah yang sama. Mengatakan bahwa studi filsafat harus didahulukan dibanding studi tentang sejarah filsafat, merupakan sebuah disjungsi/pertentangan yang palsu. Sejarah filsafat adalah filsafat.

Terjemahan dari Buku Thales to Dewey, tulisan Gordon H. Clark, hal 17 – 19. (oleh Ma Kuru)

Bersambung di tautan ini

Pos ini dipublikasikan di Filosofi, Gordon H. Clark, Sejarah Filsafat, Thales to Dewey. Tandai permalink.

Satu Balasan ke Apa itu Filsfat – Revisi

  1. Ping balik: Para Filsuf dari Miletus – Revisi | Futility over Futility

Mau Komentar? Silahkan! Tetapi perhatikan cara diskusi yang baik! Perhatikan juga bahwa semua tulisan di sini berhak cipta, jadi tolong identifikasi sumber anda kalau mau mengutip tulisan di sini! Terima kasih

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.