Perubahan Posisi Van Til dkk Pasca Dikritik Clark dan Reaksi Mereka Selanjutnya

Berikut adalah kutipan salah satu bab dari buku Biografi Clark, yang ditulis oleh Doug Douma. Perhatikan bahwa yang dimaksud dengan Keberatan adalah dokumen yang ditulis oleh van Til dkk untuk menunjukkan bahwa keputusan Presbiteri Philadelphia OPC untuk menabiskan Gordon H. Clark sebagai pendeta tidak punya dasar kuat dan harus dicabut. Sedangkan Jawaban adalah sebuah dokumen yang disusun Gordon H. Clark dkk untuk menanggapi Keberatan.

Kutipan dimulai:

Salvo terakhir dalam kasus Clark di OPC diluncurkan pada Sidang Raya Kelima Belas pada tahun 1948 ketika laporan dari komite studi dicantumkan dalam berita acara rapat. Sebuah laporan mayoritas, yang ditulis oleh Murray, Stonehouse, dan Kuschke, secara khusus mengklarifikasi Keberatan, dengan alasan bahwa Keberatan tersebut tidak pernah dimaksudkan untuk bersifat skeptis atau membagi isi pengetahuan manusia dan Allah menjadi dua. Laporan mayoritas tersebut mengakui argumen utama Clark bahwa dengan menyangkali hubungan/titik temu antara pengetahuan Allah dan pengetahuan manusia akan menghasilkan skeptisisme. Laporan tersebut berbunyi: “Pernyataan kedua [dalam keberatan asli] juga menyesatkan, terutama karena kata-kata, “satu titik temu pun.’ Seluruh klausa, jika dibaca secara terpisah, dapat menimbulkan kesan bahwa pengetahuan kita tidak punya hubungan dengan objek pengetahuan ilahi di titik manapun. Tentu saja hal itu tidak benar dan juga bersifat skeptis.”[1] Namun walaupun mengakui bahwa Keberatan menyesatkan, laporan tersebut tetap menyimpulkan bahwa:

Evaluasi yang cermat seharusnya menunjukkan bahwa Keberatan tidak menegaskan adanya perbedaan kualitatif antara “objek” pengetahuan yang diketahui Allah dan yang diketahui manusia atau bahwa proposisi yang benar dalam “makna sempit dan minimalnya, secara kualitatif berbeda bagi Allah” (Jawaban, hal. 21), atau bahwa suatu proposisi yang benar memiliki satu arti atau makna bagi Allah dan yang arti atau makna lain bagi manusia, atau bahwa manusia tidak dapat memiliki titik temu kognitif dengan objek-objek pengetahuan ilahi, melainkan menegaskan adanya perbedaan kualitatif dalam aspek lain, yaitu, apa yang disebut oleh Keberatan sebagai “isi” (seperti dibedakan dari “mode”) di satu sisi, dan dari ‘kebenaran yang diketahui’ di sisi lain. Karena itu kami menyimpulkan bahwa, meskipun Keberatan gagal dalam hal kejelasan definisi dan kejelasan rumusan, tidak layak menuduhnya mengarah ke skeptisisme.[2]

Tampaknya para penulis Keberatan merasakan bobot kritik Clark bahwa posisi mereka menghasilkan skeptisisme, sehingga mereka mengubah posisi setelah ada kritik tersebut. Perubahan posisi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) mengubah definisi “isi” dan (2) menerima “titik temu” yang pada awal kontroversi mereka tolak mentah-mentah.

Dalam rangka membela posisi mereka dari tuduhan skeptisisme, jelas bahwa para penulis Keberatan mengubah definisi “isi” yang mereka gunakan dalam Keberatan (1944) [sehingga berbeda dengan maknanya] dalam laporan mayoritas yang disusun tahun 1948. Laporan mayoritas menjelaskan “isi” sebagai sesuatu yang berbeda dari “obyek.” Laporan mayoritas berbunyi, “Bukan objek pengetahuan yang dibahas tetapi perbedaan antara karakter pemahaman Allah dan karakter pemahaman manusia walaupun obyek yang dipikirkan sama.”[3] Jadi dalam laporan mayoritas, hal yang berada di balik “objek ” yang menjadi perhatian mereka (yaitu “isi”) diartikan sebagai “karakter pemahaman”. Namun dalam Keberatan, “isi” berarti item pengetahuan di dalam pikiran itu sendiri.

Dalam laporan minoritas, Floyd Hamilton memperingatkan bahwa telah terjadi perubahan definisi. Pertama Hamilton menunjukkan bahwa “masalah definisi yang penting adalah definisi “isi”, yang ditegaskan Penulis Keberatan sebagai berbeda secara kualitatif antara manusia dan Allah.”[4] Selanjutnya ia berargumen bahwa Penulis Keberatan menggunakan “isi” dengan makna item-item pengetahuan dalam pikiran. Ia menulis:

Dalam Keberatan sendiri, arti istilah tersebut adalah… hal-hal yang dikandung dalam pengetahuan Allah, yaitu kebenaran-kebenaran dalam pikiran-Nya… Setelah menyatakan (sebagai proposisi yang harus dibuktikan) bahwa Dr. Clark menyangkal perbedaan kualitatif antara isi pengetahuan Allah dan isi pengetahuan yang mungkin dimiliki manusia, Keberatan mengutip sebagai bukti dengan menegaskan, pertama, bahwa Dr. Clark berasumsi bahwa kebenaran (baik dalam pikiran ilahi maupun dalam pikiran manusia) selalu bersifat proposisional… Masalahnya adalah, argumen tersebut menegaskan, bahwa berdasarkan asumsi itu “tidak ada satu pun pengetahuan dalam pikiran Allah yang tidak dapat diketahui oleh pikiran manusia.”[5]

Clark memahami “isi” dalam Keberatan seperti yang dipahami Hamilton. Ia menulis, “Muncul pertanyaan penting, yaitu apa itu isi pengetahuan seseorang? Jelas isi pengetahuan seseorang adalah kebenaran yang diketahuinya. . . . Isi pengetahuan Allah adalah kebenaran yang diketahui Allah, dan isi pengetahuan manusia adalah kebenaran yang diketahui manusia. Keberatan menyatakan bahwa kedua kebenaran ini berbeda secara kualitatif.”[6]

Mengingat definisi asli “isi” adalah “item pengetahuan” atau “kebenaran yang diketahui,” maka kritik Clark membawa kehancuran bagi posisi Keberatan. Untuk menghindari kehancuran, dalam laporan mayoritas tahun 1948 makna istilah “isi” diubah menjadi “karakter pemahaman”. Namun karakter apa yang dimaksud? Salah satu karakter pengetahuan adalah nilai kebenarannya; yaitu, apakah pengetahuan itu benar atau salah. Dalam pengertian ini, jika sifat pengetahuan manusia berbeda dengan sifat pengetahuan Allah, dan pengetahuan Allah benar, maka pengetahuan manusia hanya bisa salah. Atau bisa juga, “karakter pemahaman” yang dimaksud adalah cara orang mengetahui. Tetapi “cara” mengetahui harus, tampaknya, sama saja dengan “mode”. Dan pembedaan ‘mode’ yang Clark lakukan dianggap tidak cukup memadai dalam keberatan. Berdasarkan definisi baru kata “isi” yang diajukan penulis Keberatan, Keberatan asli menjadi tidak masuk akal lagi.

Meskipun laporan tersebut mengubah definisi “isi”, Van Til kemudian menolak untuk mendefinisikan istilah tersebut sama sekali. Menanggapi permintaan agar para penulis Keberatan “menyatakan dengan jelas apa yang dimaksud perbedaan kualitatif” (yaitu apa yang dimaksud dengan “isi”), Van Til menulis:

Andaikan para penulis Keberatan harus mencoba untuk “menyatakan secara jelas” (dalam pengertian Dr. Clark) perbedaan kualitatif antara pengetahuan ilahi dan pengetahuan manusia tentang proposisi bahwa dua kali dua adalah empat. Pertama-tama mereka harus menyangkali asumsi dasar mereka sehubungan dengan konsep Kristen tentang wahyu… Justru karena mereka berkepentingan untuk membela doktrin Kristen tentang wahyu sebagai dasar bagi semua predikasi manusiawi yang dapat dipahami, maka [para penulis keberatan] menolak melakukan upaya apa pun untuk “menyatakan secara jelas” doktrin Kristen apapun….[7]

Perubahan posisi yang kedua terjadi pada tahun 1948, ketika surat pencabutan [Keberatan] yang ditandatangani oleh semua penanda tangan asli Keberatan dikirim ke gereja. Sebuah paragraf kunci surat tersebut berbunyi:

Karena ungkapan-ungkapan tertentu yang digunakan dalam Keberatan telah dipahami sebagai ungkapan yang bersifat skeptis dan karena Keberatan tidak dapat menyangkal semua tanggung jawab atas kesalahpahaman tentang maksudnya, dengan senang hati kami menegaskan bahwa, kalau kita berbicara tentang objek pengetahuan, maka pengetahuan manusia memang memiliki titik temu dengan objek pengetahuan ilahi dalam lingkup wahyu ilahi, dan bahwa di dalam lingkup wahyu objek pengetahuan Allah dan manusia sama.[8]

Pengakuan ini sangat jauh berbeda dari pernyataan asli Keberatan bahwa “Kami tidak berani menyatakan bahwa pengetahuan [Allah] dan pengetahuan [manusia] memiliki satu pun titik temu.”[9] Kenyataannya, pengakuan bahwa “objek pengetahuan seperti itu sama untuk Allah dan untuk manusia ” tidak lain adalah kebalikan total dari posisi semula.

Pada tahun 1949, hanya setahun setelah kasus Clark, Van Til membuat terobosan resmi pertama dan satu-satunya ke dalam kontroversi dan menulis tentang isu-isu tersebut dalam silabusnya, An Introduction to Systematic Theology.[10] Dalam silabus tersebut ia menegaskan bahwa ia setuju dengan Keberatan.[11] Tapi ia menguraikan lebih jauh tentang pencabutan yang ditegaskan surat tahun 1948 tersebut. Ia menguraikan:

Pertama-tama, dengan cara ini ada peluang untuk memahami bahwa pengetahuan Allah dan pengetahuan manusia bertemu di setiap titik dalam arti bahwa selalu dan di mana pun manusia dihadapkan pada apa yang sudah sepenuhnya diketahui atau ditafsirkan oleh Allah. [Dalam hal ini] titik rujukannya tidak bisa tidak sama untuk manusia dan untuk Allah. Tidak ada fakta yang manusia temui dalam penyelidikannya di mana wajah Allah tidak berhadapan dengannya. Di pihak lain, dengan cara ini ada peluang untuk memahami bahwa pengetahuan Allah dan pengetahuan manusia sama sekali tidak ada titik temu dalam arti bahwa dalam kesadarannya tentang makna apa pun, dalam pemahaman mentalnya atau pemahamannya tentang apa pun, di setiap titik manusia bergantung pada tindakan pemahaman dan wahyu yang tidak berubah di pihak Allah.”[12]

Dengan demikian, Van Til mengklarifikasi dalam pengertian yang mana ia percaya bahwa ada titik temu dan dalam pengertian yang mana ia percaya tidak ada titik temu. Tetapi karena Keberatan jelas dan bersikeras menegaskan bahwa tidak ada titik temu dalam pengertian apa pun, maka kesimpulannya adalah bahwa pandangan Van Til pasti telah berubah, atau (kalau tidak) Keberatan (yang ditulis oleh orang lain) dan ditandatangani oleh Van Til, tidak pernah cukup mencerminkan pandangan Van TIl.[13]

Silabus Van Til tahun 1949 berargumen bahwa perbedaan kualitatif antara pengetahuan manusia dan pengetahuan Allah adalah bahwa pengetahuan manusia [memiliki sifat] ketergantungan dan pengetahuan Allah bersifat mandiri. Tampaknya mustahil Clark akan tidak setuju dengan formulasi demikian. Kenyataannya, ketergantungan atau sifat ketergantungan pengetahuan manusia pada pengetahuan Allah justru merupakan posisi Clark sejak awal. Tampaknya pada tahun 1949 Van Til sudah hampir sepenuhnya berpandangan seperti Clark.[14]

Setelah [Van Til] mengakui pandangan Clark tapi masih membutuhkan sesuatu untuk melawan Clark guna menjustifikasi Keberatan [yang mereka ajukan], Van Til mengangkat univokisme Clark (yang Clark maksud sebagai titik temu) sebagai berarti bahwa Clark menganggap manusia bersifat otonom, yaitu mampu memiliki pengetahuan terpisah dari Allah. Van Til menulis bahwa Clark “mengabaikan” bahwa mustahil untuk mencapai Allah Kekristenan yang transenden” melalui logika Aristotelian.[15] Namun, presuposisionalisme Clark tidak pernah menyatakan bahwa terbuka peluang untuk membuktikan keberadaan Allah dengan apa yang disebut bukti yang berbasis logika. Malah prinsip kunci dari pandangan Clark adalah bahwa keberadaan Allah tidak dapat dibuktikan dengan apa yang disebut bukti yang disusun oleh manusia, melainkan bahwa pengetahuan tentang Allah adalah bawaan dalam pikiran manusia dan bahwa dalam Alkitab keberadaan Allah diasumsikan, alih-alih dibuktikan. Van Til melanjutkan dengan mengatakan bahwa “Dr. Clark memahami inkomprehensibilitas Allah dengan cara yang sejalan dengan pandangan Roma Katolik atau Arminian, dan tidak sejalan dengan pandangan Reformed,” dan Clark “tampaknya berpendapat bahwa manusia dapat memperoleh sejumlah informasi tentang Allah selain dari wahyu. Tampaknya pengetahuan itu diperoleh dengan ‘akal’ yang bekerja secara terpisah dari wahyu.”[16]

Jelas sekali Van Til salah memahami Clark terkait poin-poin ini sehingga John Frame menulis, “Saya harus katakan bahwa menurut saya kritik terhadap Clark ini tidak masuk akal,” dan “Sekali lagi, saya agak kaget dengan distorsi [yang dilakukan] Van Til terhadap posisi Clark.” Frame menyimpulkan, “Akan lebih membantu jika Van Til, seperti halnya Laporan [Mayoritas], secara lugas mengakui poin Clark bahwa ada makna yang dipahami bersama.”[17]


[1] Sidang Raya Kelima Belas Orthodox Presbyterian Church, berita acara rapat (Wildwood, NJ: 13 May 1948), Lampiran 21.

[2] Ibid., Lampiran 25.

[3] Ibid., Lampiran 22.

[4] Ibid., Lampiran 88.

[5] Ibid., Lampiran 88.

[6] Clark, “Studies of the Doctrine of The Complaint.”

[7] Van Til, An Introduction to Systematic Theology, 171–72.

[8] Surat ke sebelas penatua yang menandatangani Keberatan kepada para pendeta dan para majelis jemaat di Orthodox Presbyterian Church, 26 April 1948, WTS Archives.

[9] Kuiper, The Complaint.

[10] Van Til, An Introduction to Systematic Theology.

[11] “Keberatan yang dikemukakan pada dasarnya sama dengan bab ini.”—Van Til, An Introduction to Systematic Theology, 163.

[12] Van Til, An Introduction to Systematic Theology, 159–160.

[13] Yet in 1948, Van Til menggunakan bahasa yang mirip dengan Keberatan saat ia menulis, “Karena didasarkan pada wahyu Allah, [Kitab Suci] di satu pihak, sepenuhnya benar, dan di pihak lain, tidak punya titik temu sama sekali dengan isi pikiran Allah.”—Van Til, “Introduction” In The Inspiration and Authority of the Bible, 33.

[14] Greg Bahnsen menulis bahwa pendukung Clark dan Clark salah memahami “analogi” Van Til. Bahnsen menjelaskan apa yang ia yakini sebagai perbedaan penting antara analogi dan “secara analog”. Ia menulis, “Van Til tidak mengajarkan bahwa apa yang kita ketahui hanyalah analogi tentang Allah (atau kebenaran tentang Dia), apalagi kalau dikatakan bahwa predikat univokal tentang Allah harus ditolak, melainkan bahwa kita mengenal Allah (serta ciptaan-Nya) secara analog dengan pengetahuan-Nya tentang diri-Nya (dan Ciptaan-Nya).”—Bahnsen, Van Til’s Apologetic, 228–229. Entah kata keterangan kerja yang Bahnsen gunakan yaitu “secara analog” menerangkan kata kerja “tahu” atau “mengetahui”, dalam kedua penggunaannya kata itu harus mengacu pada tindakan mengetahui, yaitu mode, bukan objek pengetahuan. Jadi Bahnsen pasti salah, setidaknya sejauh pandangannya diterapkan pada pandangan awal Van Til, karena Keberatan dengan jelas dan berulang kali menekankan bahwa perbedaan mode yang Clark kemukakan tidak cukup memadai.

[15] Van Til, An Introduction to Systematic Theology, 156.

[16] Ibid., 163.

[17] Frame, Cornelius Van Til: An Analysis of His Thought, 108–113.

Pos ini dipublikasikan di Biografi, Gordon H. Clark. Tandai permalink.

Mau Komentar? Silahkan! Tetapi perhatikan cara diskusi yang baik! Perhatikan juga bahwa semua tulisan di sini berhak cipta, jadi tolong identifikasi sumber anda kalau mau mengutip tulisan di sini! Terima kasih

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.