Asal-Usul Kontroversi Penahbisan [Clark]

“Seperti yang Anda ketahui, saya aktif pada awal tahun tiga puluhan untuk berupaya menyadarkan jemaat-jemaat AS tentang keseriusan kemurtadan di gereja itu. Saya memiliki andil dalam [pembentukan] Reformed Fellowship/Persekutuan Reformed, dan penggantinya, Presbyterian Constitutional Covenant Union (yang namanya kurang tepat). Saya tidak hanya berbicara di Penna., tetapi saya melakukan perjalanan sejauh N.D. dalam upaya tersebut. Kemudian pada tahun 1936 saya mendapat kehormatan memberikan pidato nominasi untuk Dr. Machen. Selama tujuh atau delapan tahun berikutnya saya mengajar di Wheaton, di mana saya merekomendasikan agar mahasiswa yang mengambil jurusan kependetaan untuk belajar di Westminster, bukan Dallas atau di tempat lain (dan saya cukup berhasil). Hal ini menyebabkan pengunduran diri paksa saya dari Wheaton. Karena minat saya yang berkelanjutan dalam pelayanan ini, saya memutuskan untuk melamar untuk ditahbis jadi pendeta. Yang sangat mengherankan saya, saya bukannya disambut, tetapi malah dimusuhi. Adalah saya yang bersama dua orang lainnya, yang mengangkat tuduhan bidat terhadap kaum penganut Afirmasi Auburn, ketika fakultas Westminster[1] [mencari alasan untuk tidak mengatakan apa pun]. Reaksi saya bukanlah kemarahan, melainkan keheranan dan kebingungan yang luar biasa.”[2]

—Surat Gordon H. Clark untuk George Marsden

Mencari Pekerjaan

Sebagai buntut dari peristiwa sulit yang memuncak dalam pengunduran dirinya dari Wheaton College, Gordon Clark mempertimbangkan sejumlah peluang karier/pekerjaan di kota asalnya, Philadelphia. Meskipun ia memiliki peluang kerja antara lain di Valparaiso University di Indiana dan Gordon College di Massachusetts, peluang terbaiknya adalah di Philadelphia tempat ia tinggal bertahun-tahun lamanya dan tempat ia memiliki beberapa kenalan.[3] Bukan hanya Philadelphia memiliki Westminster Theological Seminary (WTS) yang mendidik para pendeta Gereja Ortodoks Presbiterian (OPC) tempat Clark berjemaat, kota itu juga merupakan lokasi yang direncanakan untuk membangun universitas Reformed Christian dan Clark merupakan calon kuat untuk direkrut, seandainya rencana tersebut terwujud. Walaupun lembaga-lembaga pendidikan tersebut merupakan tempat yang ia idamkan, pertama-tama Clark beralih ke Reformed Episcopal Seminary (RES) di Philadelphia Barat tempat ia pernah mengajar paruh waktu di awal 1930-an sambil merangkap sebagai dosen di University of Pennsylvania. Selama pencarian pekerjaannya, Clark menulis kepada teman baiknya dan profesor di RES Robert Knight Rudolph, “Menurutku posisi di seminarimu merupakan solusi paling memuaskan untuk situasi [yang saya hadapi] saat ini.”[4]

Keterlibatan Clark dalam [pelayanan] Gereja juga menghadirkan pelayanan pastoral sebagai pilihan karier. Saat tertimpa masalah di Wheaton, ia berpikir Tuhan mungkin menuntunnya ke jalan penahbisan [menjadi pendeta].[5] Dua denominasi yang ia pertimbangkan adalah Orthodox Presbyterian Church dan Reformed Episcopal Church (REC). Namun tanpa terlalu banyak pertimbangan, ia memilih untuk tetap bersama OPC alih-alih mendaftar ke REC. Kekaguman Clark terhadap almarhum J. Gresham Machen, pendiri gereja tersebut, sangat mempengaruhi keputusannya untuk tetap bersama OPC. Clark membayangkan bahwa jika ia ditahbiskan jadi pendeta di gereja lain maka anggota jemaat OPC mungkin memandang pilihannya sebagai pengabaian terhadap denominasi yang masih muda tersebut dan terhadap visi Machen tentang gereja Presbiterian yang diperbarui dan konservatif.[6]

Mempertimbangkan nasibnya di Wheaton College, Clark telah memulai proses menuju penahbisan hampir setahun sebelum pengunduran dirinya. Pada tanggal 9 Mei 1942, ia mengirim surat permohonan ke Presbiteri Philadelphia OPC untuk meminta mereka menahbiskannya ke dalam pelayanan Injil.[7] Meskipun ia paham bahwa mengupayakan penahbisan setelah usia empat puluh tahun merupakan hal yang tak lazim, ia memiliki alasan yang cukup baik untuk melakukannya. Pertama, ia telah berkhotbah selama bertahun-tahun sebagai ruling elder walau tidak ditahbiskan sebagai teaching elder. Sebenarnya, Clark berkhotbah pertama kali pada tahun 1922 ketika di gereja yang dipimpin ayahnya, pada saat ia berusia dua puluh tahun.[8] Bahkan ketika menjadi profesor di Wheaton College, ia kadang-kadang berkhotbah di sebuah gereja setempat, bernama United Gospel Tabernacle, dan pasca pengunduran dirinya, ia tetap tinggal di Illinois sebagai perwakilan Orthodox Presbyterian Church di kampus tersebut. Alasan lainnya untuk meminta penahbisan adalah peluang ia disambut dengan lebih hangat sebagai pendeta di sebuah gereja Presbiterian daripada sambutan yang ia terima sebagai profesor di perguruan tinggi tempat dia bekerja sebelumnya (Penn dan Wheaton) di mana keyakinan Kalvinisnya yang kuat menjadikannya ‘orang luar’ di sana.

Clark paham bahwa permohonannya untuk penahbisan akan menimbulkan masalah menyangkut pendidikannya, karena ia tidak pernah menjalani pendidikan seminari teologi, yaitu jalur pendidikan yang lazim bagi para pendeta. Ia menulis [surat] tentang hal ini kepada para pendeta OPC Clifford Smith, Robert Strong, dan Burton Goddard: “Sekitar setahun yang lalu, saya menulis secara rahasia dan tentatif kepada [Paul] Woolley [seorang penatua di OPC dan anggota fakultas WTS] tentang rencana untuk memohon penahbisan dari Presbiteri Phila. Halangannya tentu karena saya tidak menjalani pendidikan seminari. Jadi, masalah itu harus dibawa ke General Assembly/Sidang Raya. Saya tidak menyukai publisitas tentang hal ini, dan seandainya ditolak, saya akan lebih tidak menyukainya lagi.”[9] Surat ini kemudian terbukti merupakan semacam petunjuk, karena rangkaian peristiwa yang ditakuti Clark akan segera terjadi setelahnya. Namun sehubungan dengan dukungan yang ia harapkan dari Paul Woolley, Clark ternyata harus sangat kecewa.

Rapat-Rapat Presbiteri

Permohonan Clark untuk penahbisan di OPC dibacakan pada Rapat Presbiteri Philadelphia tanggal 15 Maret 1943, kurang dari sebulan setelah ia mengundurkan diri dari Wheaton College.[10] Ia mengirim permohonan penahbisan tersebut sepuluh bulan sebelumnya, tetapi ketika ia masih bekerja di Wheaton masalah penahbisan tidak terlalu mendesak. Karena itu ia tidak mempermasalahkan jadwal presbiteri yang memang relatif lambat. Tapi begitu mengundurkan diri dan berada di bursa kerja, proses penahbisannya proses penahbisan dimulai. OPC secara resmi memeriksa permohonannya pada tanggal 18 Mei 1943, saat Committee on Candidates and Credentials/Komite Urusan Calon dan Kredensial [Pendeta] di Presbiteri Philadelphia melakukan pemeriksaan. Setelah pemeriksaan oleh komite, mereka menyarankan agar Clark menunda permohonan ijinnya sampai ada pembicaraan lebih lanjut dengannya. Pada saat itu Clark diberi kesempatan berbicara dan ia meminta agar Presbiteri Philadelphia mengadopsi rekomendasi dari komite tersebut. Sebuah usulan resmi/mosi untuk mencapai tujuan tersebut dibuat dan kemudian diadopsi.[11]

Pengunduran diri Clark dari Wheaton College menjadikan pandangan teologisnya cukup dikenal luas. Akibatnya, beberapa pendeta di OPC khawatir tentang kemungkinan menularnya kontroversi ke dalam denominasi mereka sendiri. Di Wheaton College, kepatuhan Clark pada pandangan Calvinis yang ketat karena dedikasinya pada Pengakuan Iman Westminster (WCF) menimbulkan konflik dengan bagian administrasi lembaga pendidikan tersebut. Namun di OPC (yang mengharuskan penerimaan terhadap sistem doktrin yang dinyatakan dalam WCF sebagai bagian dari sumpah kependetaan) Clark punya alasan untuk berharap bahwa pandangannya akan disambut dengan lebih hangat.

Keterlambatan presbiteri mengabulkan permohonan Clark untuk penahbisan tentu saja tidak menyenangkan, tetapi Clark tampaknya tidak memandang hal itu sebagai penghalang yang tak dapat dilewati untuk penahbisannya. Pendeta Richard Willer Gray, seorang pendeta OPC, percaya bahwa proses penahbisan Clark akan segera berlanjut. Dalam sebuah surat kepada Clark tertanggal 9 Juli 1943, Gray menulis, “Saya menyesali tindakan bodoh yang diambil oleh Presbiteri Philadelphia atas permohonan Anda untuk ijin dan penahbisan. Saya percaya bahwa situasinya dapat diselesaikan dengan memuaskan.”[12] Apa pun keputusan presbiteri, Clark bertekad untuk tetap memberitakan Injil. Kepada Pendeta Gray ia menjawab, “Komite juga menilai bahwa saya tidak memiliki panggilan untuk pelayanan. Kita masih perlu melihat apakah mereka punya hak mereka untuk memberikan penilaian seperti itu. Saya tidak akan membahas masalah ini. Saya hanya mau mengatakan bahwa saya telah memberitakan Injil dengan cara saya sendiri setidaknya selama enam tahun terakhir, dan itulah yang menyebabkan saya terseret ke dalam masalah. Saya akan terus memberitakan Injil dengan cara terbaik yang dapat saya lakukan, apa pun yang dilakukan atau tidak akan dilakukan oleh Komite, Presbiteri, atau Sidang Raya. Saya [hanya] merasa bahwa saya dapat mencapai lebih banyak hal jika ditahbiskan [menjadi pendeta].”[13]

Hampir tujuh bulan berlalu antara pemeriksaan pertama terhadap Clark dengan kemunculan kembali namanya dalam berita acara [rapat] presbiteri. Di Presbiteri Philadelphia pada tanggal 17 Januari 1944, pemeriksaan itu dialihkan dan dilanjutkan oleh “Komite Urusan Calon dan Kredensi [pendeta]” untuk mengadakan pembicaraan langsung dengan Dr. Gordon H. Clark, terkait permohonan penahbisannya, sebelum rapat presbiteri di bulan Maret.” Kemungkinan tanda awal dari masalah yang akan datang muncul ketika Pendeta E. J. Young, Profesor Perjanjian Lama di Westminster Theological Seminary, meminta ketidak-setujuannya terhadap tindakan tersebut dicatat.[14]

Dalam “Rapat Bulan Maret,” pada tanggal 20 Maret 1944, Komite Urusan Calon [Pendeta] melaporkan bahwa Clark telah diperiksa untuk menilai “pengetahuan eksperimentalnya tentang agama, dan motif yang memengaruhinya untuk [mengajukan permohonan menduduki] jabatan suci tersebut.” Mereka juga melaporkan bahwa Clark lulus ujian bahasa Yunani, Alkitab Bahasa Inggris, dan sejarah gereja, dan bahwa ia telah meminta mengesampingkan persyaratan studi dua tahun di seminari teologi dan pengetahuan bahasa Ibrani.[15] Berita Acara Rapat Presbiteri tersebut mencatat bahwa pemeriksaan terhadap Clark menimbulkan “pertanyaan-pertanyaan, khususnya terkait doktrin tentang mujizat, dan Allah.” Mereka juga mencatat bahwa untuk pemeriksaan berikutnya terhadap Clark menyangkut teologinya, ia harus diperiksa “dengan sangat hati-hati terkait kedua hal tersebut.” Dengan disahkannya mosi tersebut, Clark terdaftar sebagai calon pelayan Injil. Ia kemudian menjalani pemeriksaan teologi. Kemudian diajukan mosi untuk “merujuk pemberian ijin bagi Dr. Clark ke Sidang Raya untuk mendapatkan masukan.” Sebuah mosi pengganti diajukan agar pemeriksaan teologi terhadap Clark dipertahankan. Mosi pengganti diterima dan diadakan pemungutan suara. Hasil pemungutan adalah lima belas banding tiga belas mendukung Clark. Namun hasil pemungutan suara ini kurang dari tiga perempat mayoritas yang diperlukan untuk mengesampingkan persyaratan (pendidikan seminari dan pengetahuan bahasa Ibrani) di tingkat presbiteri.[16] Meskipun tidak ditampilkan dalam catatan yang ada, mosi asli untuk “merujuk pemberian izin bagi Dr. Clark ke Sidang Raya untuk mendapat masukan,” yang akan segera dilaksanakan, pasti disetujui. Baik E. J. Young dan Robert Strong diberikan hak istimewa untuk mengemukakan pernyataan terkait kasus Dr. Clark, tetapi tidak satu pun pernyataan mereka yang tercatat.

Sebuah rapat presbiteri tambahan yang “ditunda” diadakan hanya sepuluh hari kemudian pada tanggal 30 Maret 1944. Pada rapat ini sebuah mosi disahkan yang menetapkan bahwa pemeriksaan Clark terkait Alkitab bahasa Inggris, sejarah gereja, dan bahasa Yunani sebagai memuaskan.

Clark mendapat kesempatannya untuk diperiksa terkait pengesampingan persyaratan pendidikan seminari dan pengetahuan bahasa Ibrani di Sidang Raya Kesebelas OPC, yang diadakan dari 16 hingga 19 Mei 1944. Pada Sidang Raya ini sebuah mosi diajukan bahwa “mengingat catatan akademis, bakat dan kesalehan pribadinya yang luar biasa, Dr. Clark memiliki kualifikasi yang luar biasa untuk menduduki jabatan pelayanan, Karena itu Sidang Raya disarankan oleh Presbiteri Philadelphia untuk mengabaikan persyaratan bahasa Ibrani dan dua tahun studi formal teologi.”[17] Mosi itu disetujui dan diadakan pemungutan suara dengan hasil empat puluh lima banding tiga belas suara menyetujui pengecualian yang diminta Clark.[18] Namun pada hari terakhir Sidang Raya, penolakan terhadap penahbisan Clark muncul dalam protes tertulis yang diajukan secara resmi oleh tiga penatua.[19] Dikatakan bahwa pengecualian tersebut dilakukan tanpa ada pembahasan tentang bukti pemeriksaan teologis terhadap Clark.[20]

Program Aksi dan Penahbisan Clark

Permohonan Clark untuk penahbisan membawa masalah yang lebih besar terhadap struktur dan organisasi OPC dan turut menyumbang pada terbentuknya faksi-faksi dalam gereja tersebut, bahkan sebelum dilaksanakannya Sidang Raya pemungutan suara atas permohonan Clark untuk pengecualian dalam penahbisannya. Hanya beberapa hari menjelang Sidang Raya Kesebelas OPC, empat pendeta (Edwin Rian, Richard Willer Gray, Robert Strong, dan Clifford Smith)[21] mengadakan pertemuan untuk membentuk pihak yang menentang apa yang mereka anggap sebagai sentralisasi kendali fakultas WTS atas gereja. Pada tanggal 11 Mei 1944, keempat pendeta ini mengirimkan “Program Aksi” kepada kelompok tertentu di gereja untuk meminta dukungan mereka terhadap beberapa tujuan, yaitu empat tujuan umum dan empat tujuan khusus. Tujuan umum program tersebut, secara singkat, adalah untuk 1) menegaskan cita-cita gereja untuk memerangi modernisme dan mendorong penginjilan dan untuk menentang siapa pun yang melawan aspirasi-aspirasi tersebut, 2) bekerja sama dengan kelompok Kristen konservatif lainnya, 3) “tetap menghidupkan” prinsip-prinsip kitab suci tentang penggunaan kebebasan Kristen secara bijaksana, dan 4) mengakui keutamaan Gereja di atas semua lembaga dan organisasi parachurch. Untuk memenuhi tujuan-tujuan umum tersebut, dirumuskan empat tujuan khusus (dan kemungkinan diurut sesuai urutan kronologis yang diinginkan). Tujuan-tujuan khusus dimaksud adalah 1) penahbisan Dr. Gordon H. Clark, 2) afiliasi dengan American Council of Christian Churches, 3) upaya resmi pelepasan dari peredaran minuman keras, dan 4) pengawasan Gereja atas Seminari Westminster dan Presbiterian Guardian.[22]

Meskipun penahbisan Clark termasuk tujuan khusus dari Program Aksi tersebut, Clark sendiri tidak terlibat dalam perumusannya. Bahkan seorang pendeta OPC kemudian berpendapat, “Dia [Clark] mungkin secara tidak adil dikaitkan dengan ide-ide yang ia sendiri tidak terlibat di dalamnya.”[23] Meskipun Clark tidak terlibat dalam perumusan dokumen tersebut, secara substansial ia sepakat dengan tujuan-tujuannya.

Antara pertemuan pertama Clark dengan Presbiteri Philadelphia hingga sidang raya untuk membahas permohonan pengesampingan pendidikan seminari dan pengetahuan bahasa Ibrani, terdapat banyak waktu bagi para pendeta di gereja tersebut untuk mempertimbangkan dampak penambahan Clark ke jajaran mereka. Para pendeta yang memimpin Program Aksi memandang penahbisan Clark sebagai kesempatan mereka untuk mengubah arah denominasi. Meskipun permohonan Clark untuk pengesampingan pendidikan teologi disetujui, timbul perselisihan dengan adanya keberatan resmi di akhir sidang raya tersebut. Saat Presbiteri Philadelphia mengadakan rapat lagi pada tanggal 7 Juli 1944 untuk mempertimbangkan penahbisan Clark, banyak yang telah dibahas tentang topik itu, baik di ruang publik maupun ruang pribadi.

Meskipun Clark berharap ia ditahbiskan, ia terbuka untuk pilihan lain. Bahkan, rapat presbiteri untuk mempertimbangkan penahbisannya merupakan sesi khusus yang dijadwalkan bertepatan dengan kunjungannya ke Philadelphia untuk urusan lain. Kemungkinan besar Clark mengunjungi Seminari Episkopal Reformed untuk membahas posisi sebagai pengajar.[24] Sesi khusus tersebut adalah sesi yang paling banyak pesertanya dalam sejarah Presbiteri Philadelphia. Hal ini mencerminkan fakta bahwa Clark adalah sosok yang populer, sekaligus yang menyebabkan polarisasi. Pada rapat tersebut, Ned Stonehouse, Profesor Perjanjian Baru di Westminster Theological Seminary, memimpin pengujian standar mengenai Pengakuan Iman Westminster, dan para penatua yang hadir memimpin pengujian yang lebih spesifik tentang pandangan Clark. Pada akhirnya, tiga puluh empat berbanding sepuluh suara menyetujui pengujian teologi Clark. Demikian pula tiga puluh dua banding sepuluh suara menyetujui pengesampingan persyaratan dua tahun pendidikan seminari teologi, sehingga mengkonfirmasi pengesampingan yang telah diberikan sidang raya. Rintangan terakhir bagi Clark adalah mengikuti ujian untuk membuktikan pengetahuannya tentang bahasa Ibrani. Meskipun telah belajar bahasa Ibrani di perguruan tinggi dan mempersiapkan diri sebelum ujian, dia tidak terlalu mahir berbahasa tersebut (ia lebih mahir dalam bahasa Yunani, Prancis, dan Jerman). Ia bertanya kepada presbiteri apakah ia bisa membaca pasal pertama kitab Kejadian dalam bahasa Ibrani untuk membuktikan kemampuannya dalam bahasa tersebut. Bacaannya memuaskan presbiteri dengan suara tiga puluh banding sepuluh. Setelah lulus semua ujian, ia kemudian mendapat izin untuk berkhotbah.[25] Bulan berikutnya, lebih dari dua tahun setelah Clark pertama kali mengajukan permohonan penahbisan, prosesnya akhirnya rampung. Pada tanggal 9 Agustus 1944, ia ditahbiskan sebagai penatua pengajar di Orthodox Presbyterian Church oleh Presbiteri Philadelphia, yaitu di Calvary Orthodox Presbyterian church in Willow Grove, Pennsylvania  (tempat Robert Strong menjadi pastor dan tempat Cornelius Van Til berjemaat).[26] Melanjutkan tradisi ayahnya dan kakek dari pihak ayahnya, Clark telah menjadi pendeta/ordained minister.[27]

Diterjemahkan Kuru Ma dari buku Doug Douma, The Presbyterian Philosopher, versi Elektronik


[1] Westminster Theological Seminary yang dipimpin van Til

[2] Surat GHC untuk George Marsden, 1 September 1980, disediakan oleh John Muether. Digunakan dengan izin George Marsden.

[3] Surat Edwin Rian untuk GHC, 27 Januari 1943, PCA Archives, 309/48.; Surat GHC untuk Robert Strong, 9 Mei 1942, PCA Archives, 309/46.; Perhatikan pula: “Saya telah mempersiapkan dua puluh tujuh permohonan ke sebanyak dua puluh tujuh perguruan tinggi (termasuk Yale) tetapi belasan atau lima belas permohonan sebelumnya belum membawa banyak hasil.”—Surat GHC untuk Edwin Rian, 1 September 1942, PCA Archives, 309/48.

[4] Surat GHC untuk Robert Rudolph, 1 Juli 1942, PCA Archives.

[5] Strong, “The Gordon Clark Case.”

[6] “[Kalau saya] bergabung dengan gereja Anda [Reformed Episcopal Church] mungkin terlihat seolah-olah [saya] meninggalkan beberapa teman seandainya mereka diserang dan meninggalkan karya yang telah saya mulai.”—Surat GHC untuk Robert Rudolph, 1 Juli 1942, PCA Archives.

[7] Surat GHC untuk Presbiteri Philadelphia OPC, 9 Mei 1942, PCA Archives.

[8] Clark, “Always, Everywhere.”

[9] Surat GHC untuk Clifford Smith, Robert Strong, dan Burton Goddard, 1 Mei 1942, PCA Archives.

[10] Presbiteri Philadelphia, berita acara rapat (Philadelphia: Mediator Orthodox Presbyterian Church, 15 Maret 1943).

[11] Presbiteri Philadelphia, berita acara rapat (Philadelphia: Mediator Orthodox Presbyterian Church, 18 Maret 1943).

[12] Surat Rev. Richard Willer Gray untuk GHC, 9 Juli 1943, PCA Archives, 309/35.

[13] Surat GHC untuk Rev. Richard Willer Gray, 14 Juli 1943, PCA Archives, 309/35.

[14] Presbiteri Philadelphia, berita acara rapat (Chestnut Hill, PA: Westminster Theological Seminary, 17 Januari 1944). Catatan: Walaupun E. J. Young kemudian menanda-tangani Keberatan [van Til], berita acara rapat Presbiteri tidak mengindikasikan apakah ia keberatan dengan penahbisan Dr. Clark atau tentang prosedur mosi tersebut.

[15] Persyaratan penahbisan dalam OPC, yang termasuk studi di seminari teologi selama dua tahun tercantum dalam THE STANDARDS of Government Discipline and Worship of The Orthodox Presbyterian Church, 18–29.

[16] Presbiteri Philadelphia, berita acara rapat (Philadelphia: New Covenant Church, 20 Maret 1944).; dan Sidang Raya Kesebelas OPC, berita acara rapat (Philadelphia: Chestnut Hill, 16 Mei 1944), 8. Catatan: Suara mendukung adalah Allen, Dyrness, Galbraith, Marsden, Marston, Price, Rian, Strong, Elliott, Hamilton, Smyth, Aument, Johnson, McClay, dan Tichenor. Suara menolak adalah: Andrews, Bradford, Clelland, Kuiper, Stonehouse, Sloat, Van Til, Woolley, Young, Oliver, Betzold, Welmers, dan Thompson.

[17] Sidang Raya Kesebelas OPC, berita acara rapat (Philadelphia: Chestnut Hill, 16 Mei 1944), 17.

[18] Ibid., 18.

[19] Ketiga penatua tersebut adalah Ned Stonehouse, Murray Forst Thompson, dan William Young.

[20]  Ibid., 65.

[21] Meskipun tidak semua dari keempat pendeta disebutkan dalam secara eksplisit catatan tersebut, bila membandingkan sejumlah sumber informasi, identitas mereka dapat diduga. Kunci untuk menentukan identitas para pendeta yang tidak disebutkan secara eksplisit tersebut dalam catatan tersebut adalah pernyataan berikut: “Dua dari pendeta tersebut berasal dari Presbiteri Philadelphia, dua dari Presbiteri New Jersey saat dibentuk.”—Heerema, “Whither the Orthodox Presbyterian Church.”

[22] Edwin Rian, Richard Willer Gray, Robert Strong, dan Clifford Smith, “A Program for Action in the Orthodox Presbyterian Church,” (May 1944), Kumpulan makalah Ned Stonehouse tentang “Kasus Clark,” WTS Archives.

[23] Heerema, “Whither the Orthodox Presbyterian Church.”

[24] Tichenor, “Jawaban.”

[25] Strong, “The Gordon Clark Case.” Perhatikan pula: Sidang Raya OPC, berita acara rapat (Philadelphia: Chestnut Hill, 17 Mei 1945), 6.; Perhatikan pula: The Presbytery of Philadelphia, berita acara rapat khsus (Philadelphia: Mediator Orthodox Presbyterian Church, 7 Juli 1944).

[26] Presbiteri Philadelphia, berita acara rapat khusus (Willow Grove, PA: Calvary Church, 9 Agustus 1944).

[27] Dalam pengertian bahwa ia adalah pemimpin jemaat yang sebenarnya, penatua pengajar setara dengan pendeta di denominasi lain.

Pos ini dipublikasikan di Biografi, Gordon H. Clark. Tandai permalink.

Mau Komentar? Silahkan! Tetapi perhatikan cara diskusi yang baik! Perhatikan juga bahwa semua tulisan di sini berhak cipta, jadi tolong identifikasi sumber anda kalau mau mengutip tulisan di sini! Terima kasih

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.