Kritik Clark terhadap Pandangan van Til Tentang Logika

Atas dasar ini Dr. Van Til menyimpulkan bahwa pembelaan yang disajikan di atas terhadap tuduhan bahwa doktrin Tritunggal bertentangan dengan diri sendiri, merupakan pembelaan yang tidak berdasar. Ia bahkan menyarankan orang untuk tidak perlu menerima hukum kontradiksi. Pada halaman 10 dari silabus yang sama ia menyatakan, “Hukum pemikiran dan hukum etika manusia tidak abadi dan tidak tak dapat berubah [dalam pengertian yang sama dengan dalam penegasan] bahwa Allah tak dapat berubah.” Sulit ditebak apa saja dua pengertian dari “tak dapat berubah’ yang dimaksud. Apa lagi makna dari “tak dapat diubah” selain bahwa hal yang dimaksud tetap sama?

Sejenis makna berbeda yang tidak diketahui dan sangat mencurigakan tidak memberikan kontribusi apa pun yang dapat dipahami untuk argumen apa pun. Tapi coba kita anggap bahwa hukum pemikiran bisa berubah. John Dewey menegaskan bahwa ini benar-benar terjadi. Ia berpendapat bahwa bahkan hukum kontradiksi pun pada akhirnya akan berubah. Hal ini berarti bahwa kebenaran dan kesalahan identik. Menurut logika Aristoteles, mustahil “Semua a adalah b” dan “Sejumlah a bukan b” sama-sama benar. Jika yang satu benar, yang lain pasti salah. Nah, jika Tuhan melampaui logika dan dengan sewenang-wenang memaksakan adanya perbedaan antara kebenaran dan kesalahan pada kita, sedangkan Ia sendiri tidak berpikir seperti itu, maka pernyataan “Semua anjing adalah mamalia” dan “Sejumlah anjing bukan mamalia” sama-sama benar. Keduanya juga salah, karena terlepas dari logika Aristoteles, pernyataan “Tidak ada anjing yang adalah mamalia” juga sama-sama benar. Pandangan Dewey tentang apa yang terjadi di masa depan, sekarang dipercaya sebagai pandangan Allah. Karena itu, Allah menjadi tidak rasional. Apa yang Ia katakan kepada kita di dalam Alkitab sama salahnya dan sama benarnya.

Tidak hanya semua proposisi benar sekaligus salah, tetapi tidak ada kata-kata yang memiliki arti. Menurut hukum dasar logika, agar sebuah kata memiliki makna, maka kata itu juga harus tidak boleh memiliki makna lain. [Agar memiliki arti] ‘Kucing’ harus berarti ‘pus’, tetapi juga tidak boleh berarti ‘anjing’. Jika kata yang dikemukakan harus berarti segalanya, maka kata itu tidak bermakna apa-apa. Andaikan kamus mencantumkan daftar makna kata ‘kucing’ yaitu: ikan teri, babon, keriting, anjing, semangat, bunga, sampai ke zyzomys; maka “kucing kucing kucing kucing” berarti babon makan ikan teri dengan penuh semangat. Dengan pola berpikir seperti itu, maka Senin adalah Kamis.

Diterjemahkan dari Trinity, Karya Gordon H. Clark

Pos ini dipublikasikan di Filosofi, Logika, Trinitas. Tandai permalink.

Mau Komentar? Silahkan! Tetapi perhatikan cara diskusi yang baik! Perhatikan juga bahwa semua tulisan di sini berhak cipta, jadi tolong identifikasi sumber anda kalau mau mengutip tulisan di sini! Terima kasih

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.